ETIKA BISNIS
Bisnis dan Etika Dalam Dunia Modern
Dosen : Rina Sugiarti
Disusun
oleh:
Kelompok
: 1
Kelas
: 3EA21
Anggota
:
Dimas
Nurhidayat (13214109)
Moh. Ali Nurhamid (16214732)
Muh. Rizqy A (16214879)
Raysyaldy Y (18214973)
Stephen (1A214455)
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA
PTA 2016/2017
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Etika Bisnis.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penyusunan makalah Etika Bisnis ini. Semoga dengan
adanya makalah Ekonomi Koperasi ini, dapat membantu Mahasiswa atau Mahasiswi
dalam memahami materi Etika Bisnis.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis masih
sadar masih banyak terdapat kekurangan, terutama sekali dalam hal penyajian
materi. Untuk itu kritik dan saran pembaca saat penting bagi penulis.
Akhir kata semoga Makalah Etika Bisnis ini
dapat berguna bagi diri penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Depok, 4 April 2017
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………........................... i
DAFTAR ISI
………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………………………….. 1
1.1 Latar belakang
……………………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan masalah
………………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan penelitian
………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
…………………………………………………………….. 3
2.1
Etika Bisnis…………………………………………………………………………. 3
2.2
Tiga aspek pokok dari bisnis ……………………………………………………… 3
2.3
Perkembangan etika bisnis …………………………………………………………. 3
2.4
Profil etika bisnis dewasa ini …………………………………………………………. 4
2.5
Faktor sejarah dan budaya dalam etika bisnis …………………………………….. 4
2.6
Kritik atas etika bisnis …………………………………………………………………. 4
BAB III PENUTUP
………………………………………………………………… 6
3.1
Kesimpulan ………………………………………………………………………. 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Banyak
faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis. Sebagai kegiatan
sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas masyarakat
modern. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar,
asalkan dalam mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak. Jadi,
dalam mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada batasnya. Kepentingan dan
hak-hak orang lain perlu diperhatikan. Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis
adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis
yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari
perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang
menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut
menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, juga
dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan
bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan
karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu
berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan
suatu bidang perilaku manusia yang sangat penting.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa itu Etika Bisnis?
2. Apa saja tiga aspek pokok dari bisnis?
3. Bagaimana perkembangan etika bisnis?
4. Apa profil etika bisnis dewasa ini?
5. Apa saja faktor sejarah dan budaya dalam etika bisnis?
6. Apa kritik atas etika bisnis?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Memahami definisi etika, bisnis dan etika bisnis
2. Memahami tiga aspek pokok dari bisnis
3. Mengerti dan memahami perrkembangan dari etika bisnis
4. Mengatahui apa saja profil etika bisnis
5. Memahami faktor sejarah dan budaya dalam etika bisnis
6. Memahami kritik atas etika bisnis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etika
Bisnis
Kata “etika” dan “etis” tidak selalu
dipakai dalam arti yang sama dan karena itu pula “etika bisnis” bisa berbeda
artinya. Sautu uraian sistematis tentang etika bisnis sebaiknya dimulai dengan
menyelidiki dan menjernihkan cara kata seperti “etika” dan “etis” dipakai.
Perlu diakui, ada beberapa kemungkinan yang tidak seratus persen sama (walaupun
perbedaannya tidak seberapa) untuk menjalankan penyelidikan ini. Cara yang kami
pilih untuk menganalisa arti-arti “etika” adalah membedakan antar “etika
sebagai praktis” dan “etika sebagai refleksi”.
Etika sebagai praktis berarti:
nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak
dipraktekkan, walaupun seharusnya dipraktekkan. Dapat dikatakan uga, etika
sebagai praktis adalah apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai
dengan nilai dan norma moral.
Etika sebagai refleksi adalah
pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi kita berfikir tentang apa yang
harus dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh
dilakukan. Etika sebagai refleksi berbicara tentang etika sebagai praksis atau
mengambil praksis etis sebagai objeknya. Etika sebagai refleksi menyoroti dan
menilai baik buruknya perilaku orang. Etika dalam arti ini dapat dijalanan pada
taraf populer maupun ilmiah.
Seperti etika terapan pada umumnya,
etika bisnis pun dapat dijalankan pada tiga taraf: taraf makro, meso, dan
mikro. Tiga taraf ini berkaitan dengan tiga kemungkinan yang berbeda untuk
menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis. Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari
aspek-aspek moral moral dari sistem ekonomi sebagai keseluruhan. Jadi, disini
masalah-masalah etika disoroti pada skala besar.
2.2
Tiga aspek pokok dari bisnis
Bisnis modern merupakan
realitas yang amat kompleks. Banyak faktor yang turut mempengaruhi dan
menentukan kegiatan bisnis. Antara lain ada faktor organisatoris – manajerial,
ilmiah – teknologis, dan politik – sosial – kultural.Bisnis sebagai kegiatan
sosial bisa disoroti sekurang –kurangnya dari tiga sudut pandang yang berbeda
tetapi tidak selalu mungkin dipisahkan, yaitu sudut pandang ekonomi, hokum, dan
etika.
A. Sudut Pandang Ekonomis
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi dalam
kegiatan ini adalah tukar menukar, jual – beli, memproduksi – memasarkan,
bekerja – memperkerjakan, dan interaksi manusiawi lainnya dengan maksud
memperoleh untung. Bisnis dapat dilogiskan sebagai kegiatan ekonomis yang
kurang lebih terstruktur atau terorganisasi untuk menghasilkan keuntungan.
Dalam bisnis modern, untung diekspresikan dalam bentuk uang. Tetapi hal itu
tidak hakiki untuk bisnis. Bisnis berlangsung sebagai komunikasi sosial yang
menguntungkan untuk kedua belah pihak yang melibatkan diri. Bisnis bukanlah
karya amal. Bisnis justru tidak mempunyai sifat membantu orang dengan sepihak,
tanpa mengharapkan suatu kembali.
Teori ekonomi menjelaskan bagaimana dalam sistem ekonomi pasar bebas para pengusaha dengan memanfaatkan sumber daya langka, menghasilkan barang dan jasa yang berguna bagi masyarakat. Efisiensi ekonomis artinya hasil maksimal akan dicapai dengan pengeluaran minimal. Efisiensi merupakan kata kunci dalam ekonomi modern.
Dipandang dari sudut ekonomis, good business atau bisnis yang baik adalah bisnis yang membawa banyak untung.
Teori ekonomi menjelaskan bagaimana dalam sistem ekonomi pasar bebas para pengusaha dengan memanfaatkan sumber daya langka, menghasilkan barang dan jasa yang berguna bagi masyarakat. Efisiensi ekonomis artinya hasil maksimal akan dicapai dengan pengeluaran minimal. Efisiensi merupakan kata kunci dalam ekonomi modern.
Dipandang dari sudut ekonomis, good business atau bisnis yang baik adalah bisnis yang membawa banyak untung.
B. Sudut
Pandang Moral
Dengan tetap mengakui peranan sentral dari sudut
pandang ekonomis dalam bisnis, perlu segera ditambahkan adanya sudut pandang
lain yang tidak boleh diabaikan, yaitu sudut pandang moral. Bisnis yang baik
(good business) bukan saja bisnis yang menguntungkan. Bisnis yang baik adalah
juga bisnis yang baik secara moral. Malah perlu ditekankan, arti moralnya
merupakan salah satu arti penting bagi kata “ baik “. Perilaku yang baik
merupakan perilaku yang sesuai dengan norma – norma moral, perilaku yang buruk
bertentangan atau menyimpang dari norma – norma moral. Suatu perbuatan dapat
dinilai baik menurut arti terdalam justru kala memenuhi standard etis tersebut.
C. Sudut
Pandang Hukum
Tidak bisa diragukan lagi, bisnis terikat juga oleh
hukum. “ Hukum Dagang “ atau “ Hukum Bisnis “merupakan cabang penting dari ilmu
hukum modern. Seperti etika pula, hukum merupakan sudut pandang normatif,
karena menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Terdapat
kaitan erat antara hukum dan etika. Dalam kekaisaran Roma sudah dikenal pepatah
: “ Quid leges sine moribus? “, yang berarti “ Apa artinya undang – undang, kalau
tidak disertai moralitas? “Walaupun terdapat hubungan erat antara norma hukum
dan norma etika, namun dua macam norma itu tidak sama. Disamping sudut pandang
hukum, kita tetap membutuhkan sudut pandang moral. Untuk itu dapat dikemukakan
beberapa alasan. Pertama, banyak hal bersifat tidak etis, sedangkan menurut
hukum tidak dilarang. Tidak semuanya yang bersifat immoral adalah ilegal juga.
Malah ada perilaku yang dari segi moral sangat penting, tetapi tidak diatur
oleh hukum. Kedua, bahwa proses terbentuknya undang – undang atau peraturan
hukum memakan waktu lama, sehingga masalah – masalah baru tidak bisa segera
diatur secara hukum. Ketiga, bahwa hukum itu sering kali bisa disalahgunakan.
Perumusan hukum tidak pernah sempurna sehingga orang yang beritikat buruk bisa
memanfaatkan celah – celah dalam hukum. Alasan yang keempat cukup dekat dengan
itu. Bisa terjadi, hukum memang bisa dirumuskan dengan baik, tetapi karena
salah satu alasan sulit untuk dilaksanakan, misalnya, karena sulit dijalankan
control yang efektif. Kelima, hukum kerap kali mempergunakan pengertian yang
dalam konteks hukum itu sendiri tidak di definisikan dengan jelas dan
sebenarnya diambil dari konteks moral.
2.3 Perkembangan
etika bisnis.
Sepanjang sejarah, kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah
luput dari sorotan etika. Sejak manusia terjun dari perniagaan, kegiatan ini
tidak terlepas dari masalah etis. Aktivitas perniagaan selalu sudah berurusan
dengan etika, artinya selalu harus mempertimbangkan apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan. Belum pernah dalam sejarah, etika bisnis mendapat perhatian
begitu besar dan intensif seperti sekarang ini. Richard De George mengusulkan
untuk membedakan antara etika dalam bisnis dan etika bisnis. Etika dalam bisnis
berbicara tentang bisnis sebagai salah satu topik disamping sekian banyak topik
lainnnya. Etika dalam bisnis belum merupakan suatu bidang khusus yang memiliki
corak dan identitas tersendiri. Etika dalam bisnis mempunyai riwayat yang sudah
panjang sekali, sedangkan umur etika bisnis masih muda sekali. Etika bisnis
dalam arti khusus ini pertama kali timbul di Amerika Serikat pada tahun
1970-an. Dengan memanfaatkan dan memperluas pemikiran De George ini kita dapat
membedakan lima periode dalam perkembangan etika dalam bisnis menjadi etika
bisnis, yaitu situasi dahulu, masa peralihan : tahun 1960an, etika bisnis lahir
di Amerika Serikat tahun 1970an, etika bisnis meluas ke Eropa tahun 1980an, dan
etika bisnis menjadi fenomena global tahun 1990an.
2.4
Profil etika bisnis dewasa ini.
Praktis di segala kawasan dunia
etika bisnis diberikan sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. Menurut dugaan
De George, tahun 1987, di Amerika Serikat saja diberikan lebih dari 500 kuliah
etika bisnis, yang melibatkan lebih dari 40.000 mahasiswa.
Banyak sekali publikasi diterbitkan tentang etika bisnis. Pada tahun 1987 De George menyebut paling sedikit 20 buku pegangan tentang etika bisnis dan 10 buku kasus di Amerika Serikat.
Sekurang – kurangnya ada tiga seri buku tentang etika bisnis, yaitu The Ruffin Series In Business Attics, Issues In Business Attics, Sage Series In Business Attics.
Sudah ada cukup banyak jurnal ilmiah khusus tentang etika bisnis.
Dalam bahasa Jerman sudah tersedia kamus tentang etika bisnis : Lexikon der Wirtschaftsethik
Sekarang dapat ditemukan juga cukup banyak institut penelitian yang mendalami masalah etika bisnis. Sudah didirikan beberapa asosiasi dengan tujuan khusus memajukan etika bisnis.
Di Amerika Serikat dan Eropa Barat disediakan beberapa program studi tingkat S2 dan S3 khusus di bidang etika bisnis.
Banyak sekali publikasi diterbitkan tentang etika bisnis. Pada tahun 1987 De George menyebut paling sedikit 20 buku pegangan tentang etika bisnis dan 10 buku kasus di Amerika Serikat.
Sekurang – kurangnya ada tiga seri buku tentang etika bisnis, yaitu The Ruffin Series In Business Attics, Issues In Business Attics, Sage Series In Business Attics.
Sudah ada cukup banyak jurnal ilmiah khusus tentang etika bisnis.
Dalam bahasa Jerman sudah tersedia kamus tentang etika bisnis : Lexikon der Wirtschaftsethik
Sekarang dapat ditemukan juga cukup banyak institut penelitian yang mendalami masalah etika bisnis. Sudah didirikan beberapa asosiasi dengan tujuan khusus memajukan etika bisnis.
Di Amerika Serikat dan Eropa Barat disediakan beberapa program studi tingkat S2 dan S3 khusus di bidang etika bisnis.
2.5
Faktor sejarah dan budaya dalam etika bisnis
Dewasa ini orang akan merasa bangga,
bila dapat menunjukkan kartu nama yang menyingkapkan identitasnya sebagai direktur
atau manajer perusahaan yang ternama. Bisnis sebagai pekerjaan tidak dinilai
kurang dari profesi lain, terutama kalau menghasilkan pendapatan tinggi. Jika
kita mempelajari sejarah dunia barat, sikap positif ini tidak selamanya
menandai pandangan terhadap bisnis. Sebaliknya, berabad – abad lamanya terdapat
tendensi cukup kuat yang memandang bisnis atau perdagangan sebagai kegiatan
yang tidak pantas bagi manusia beradab. Pedagang tidak mempunyai nama baik
dalam masyarakat barat di masa lampau. Orang seperti pedagang jelas – jelas
dicurigai kualitas etisnya. Sikap negatif ini berlangsung terus sampai zaman
modern dan baru menghilang seluruhnya sekitar waktu industrialisasi.
2.6
Kritik atas etika bisnis
Etika bisnis sebagai usaha
intelektual dan akademis yang baru pasti masih menderita banyak “ penyakit
anak. ” Banyak hal yang perlu dikerjakan lagi dan banyak hal yang sudah
dikerjakan perlu disempurnakan. Karena itu etika bisnis harus terbuka bagi
kritik yang membangun. Dibawah ini akan dibahas beberapa contoh. Barangkali
penjelasan ini bisa membantu mendapatkan gambaran lebih lengkap tentang maksud
etika bisnis sekarang ini.
A. Etika Bisnis
Mendiskriminasi
Kritik pertama ini berasal dari Peter Drucker, ahli
ternama dalam bidang teori manajemen. Inti keberatan Drucker ialah bahwa etika
bisnis menjalankan semacam diskriminasi. Mengapa dunia bisnis harus dibebankan
dengan etika? Mereka berpendapat bahwa perbuatan yang tidak bersifat immoral
atau ilegal kalau dilakukan orang biasa menjadi immoral atau ilegal kalau
dilakukan oleh orang bisnis. Dan Drucker menyimpulkan bahwa etika bisnis itu
menunjukkan adanya sisa – sisa dari permusuhan yang lama terhadap bisnis dan
kegiatan ekonomis. Kritiknya berasal dari salah paham besar terhadap etika
bisnis. Justru karena orang bisnis merupakan orang biasa, mereka membutuhkan
etika. Adanya etika bisnis membuktikan bahwa bagi bisnis justru tidak ada
pengecualian.
B. Etika Bisnis
Itu Kontradiktif
Kritik ini ditemukan dalam kalangan populer yang cukup
luas. Orang – orang ini menilai etika bisnis sebagai suatu usaha naïf. Dunia
bisnis itu ibarat rimba raya dimana tidak ada tempat untuk etika. Etika dan
bisnis bagaikan air dan minyak.
C. Etika Bisnis
Tidak Praktis
Andrew Stark, seorang dosen manajemen di Universitas
Toronto memberikan kritik yang cukup pedas. Menurut Stark, etika bisnis adalah
“ too general, too theoretical, too impractical. “ Ia menilai, kesenjangan
besar menganga antara etika bisnis akademis dan para professional di bidang
manajemen. Dan ia memberi komentar : apa yang mereka hasilkan itu seringkali
lebih mirip filsafat sosial yang muluk – muluk daripada advis etika yang
berguna untuk para profesional. Karena itu kita mencoba untuk menanggapinya
sebagai berikut. Pertama, Stark hanya memandang dan mengutip artikel dan buku
ilmiah tentang etika bisnis. Kedua, Stark merupakan contoh tentang tendensi
Amerika Utara untuk mengutamakan tahap mikro dalam etika bisnis. Ia hanya
memperhatikan aspek – aspek etis dari keputusan yang harus diambil manajer dan
kurang berminat untuk kerangka menyeluruh dimana pekerjaannya ditempatkan.
Ketiga, sebagai ilmu, etika bisnis selalu bergerak pada taraf refleksi dan
akibatnya pada taraf teoritis juga.
D. Etikawan
Tidak Bisa Mengambil Alih Tanggung Jawab
Kritisi ini meragukan entah etika bisnis memiliki
keahlian etis khusus, yang tidak dimiliki oleh para pebisnis dan manajer itu
sendiri. Kritik tersebut merupakan salah paham. Etika bisnis sama sekali tidak
bermaksud mengambil alih tanggung jawab etis dari para pebisnis. Etika bisnis
tidak berpretensi memiliki keahlian yang sama sifatnya seperti banyak keahlian
yang lain. Etika bisnis tidak bermaksud mengganti tempat dari orang yang
mengambil keputusan moral. Etika bisnis bisa membantu untuk mengambil keputusan
moral yang dapat dipertanggungjawabkan, tapi tidak berniat mengganti tempat
dari para pelaku moral dalam perusahaan. Bagi etika bisnis berlaku peribahasa
inggris : “ you can lead the horse to the water, but you cannot make him drink.
“
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Di dalam persaingan dunia usaha yang
sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah harga mati, yang tidak dapat
ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan luasnya informasi saat ini,
baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan luas.
Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara
etis dan jujur adalah satu-satunya cara supaya dapat bertahan di dalam dunia
bisnis saat ini. Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan beberapa pelaku
bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam bisnis. Etika berbisnis ini bisa
dilakukan dalam segala aspek. Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan
berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup
internal maupun eksternal. Tentunya ini tidak akan memberikan keuntungan
segera, namun ini adalah wujud investasi jangka panjang bagi seluruh elemen
dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika dalam berbisnis sangatlah
penting.